INILAH.COM, Jakarta - Pernah belajar tentang pembudiyaan kopi robusta di Indonesia, kini Vietnam justru menjadi negara penghasil kopi robusta nomor dua terbesar di dunia setelah Brazil.
Sementara si 'guru' harus cukup bangga menjadi nomor ketiga sebagai penghasil kopi robusta terbesar di dunia.
"Saya ingat padahal dulu mereka datang ke sini (Indonesia) untuk belajar tentang kopi," kata Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Teguh Wahyudi dalam acara konferensi pers Di Balik Secangkir Nescafe, di Kabupaten Tanggamus, Lampung, Rabu (26/6).
Teguh menjelaskan, setidaknya ada tiga alasan yang membuat Indonesia masih kalah bersaing dalam produktivitas kopi jenis robusta dengan Brazil, bahkan negara se-Asia, Vietnam.
Pertama, katanya, karena petani robusta di Indonesia masih banyak yang belum menggunakan bibit kopi robusta unggul seperti yang digunakan Vietnam. Hal itu katanya mempengaruhi jumlah produktivitas buah kopi.
"Di Vietnam, bibit unggulnya mampu memberikan produktivitas sebesar 3,7 ton per hektar, sementara kita baru memiliki kemampuan menghasilkan buah 3,2 ton per hektar," jelas Teguh.
Faktor kedua, yaitu masalah tenaga penyuluh atau pembimbing para petani kopi robusta.
"Di sana (Vietnam) penyuluh masih sangat aktif, mereka masih banyak ditemukan berbaur dengan para petani untuk memberikan penyuluhan. Sementara ini sangat jarang ditemui di Indonesia, penyuluh di sini lebih banyak yang suka bekerja di kantor," tandasnya.
Faktor ketiga, adalah kurangnya dukungan pemerintah. Sementara di Vietnam dukungan pemerintah sangat luar biasa yang diwujudkan dengan menerapkan subsidi pupuk.
"Di sini memang ada subsidi, tapi itu hanya pupuk untuk tanaman bahan pangan," ujarnya. [mor]
Source : http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2004030/ini-3-alasan-kopi-indonesia-kalah-dari-vietnam