Rabu, 30 April 2014

Bisakah Anak Penyandang Autis Kelak Bekerja?

BAGI sebagian besar orangtua, awalnya akan sulit menerima kenyataan bila anak mereka menyandang autis. Kebanyakan di benak mereka khawatir apakah buah hati mereka bisa bekerja dewasa nanti. Apakah benar begitu?
 
Tentu saja bisa bekerja. Kini terpenting adalah para orangtua dari anak penyandang autis terlebih dahulu harus yakin bila anak mereka bisa dan mampu bekerja. Namun, menurut konsultan Neuropediatri dari Divisi of Pediatric Neurology, Dept. of Child Health Faculty of Medicine, University of Padjadjaran, Bandung, Dr. Purboyo Solek, SpA (K), untuk mencapai tujuan agar anak penyandang autis bisa bekerja kelak dewasa nanti salah satu faktor pentingnya adalah menemukan sejak dini autisme pada anak.
 
"Namun, memang kendalanya adalah usia di bawah 2 tahun autisme sulit ditemukan karena banyak gejala-gejala yang mirip, tetapi bukan autisme. Tetapi makin muda kita temukan gejala autisme, dengan intervensi yang dilakukan maka perkembang! annya akan jauh lebih baik," ucap Dr. Purboyo pada acara sosialisasi & seminar "Autisme bertema Mempersiapkan Penyandang Autisme Memasuki Dunia Kerja" di Ballroom Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (30/4/2014).
 
"Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia berpengalaman yang memiliki kompetensi agar diagnosis akurat. Bila keliru dalam diagnosis, tidak hanya terapi yang diberikan berbeda melainkan juga hasil terapi jangka panjangnya," tambah Dr. Purboyo.
 
Hal ini menurut Dr. Purboyo sejalan dengan sebuah penelitian dari Autism Speaks dan APA yang mengatakan bahwa semakin muda usia anak saat dilakukan diagnosis autismenya (16 sampai 18 bulan), maka semakin baik prognosisnya, seperti kemampuan verbal, improvement cognitive, interaksi dan perilaku maladaptif. Berdasarkan penelitian tersebut, Dr. Purboyo yakin bila hal ini memberikan harapan yang bagus untuk merubah anak-anak penyandang autis menja! di lebih baik.
 
Untuk itu, peran orangtua sangat p! enting terlibat dalam diagnosis dan intervensi dini. Penelitian Autism dan APA juga menyebutkan bila intervensi dini, yaitu 16 sampai 18 bulan merubah kemampuan kognitive sampai 16,7 digit. Nilai tersebut akan tercapai dengan intensitas terapi yang sangat kontinu, minimal 20 jam per minggu, sekaligus untuk mengukur IQ.
 
Sementara, potensi akademis dan bekerja dari anak-anak berkebutuhan khusus seperti penyandang autism dilihat berdasarkan tingkat IQ akhir mereka setelah melakukan intervensi 6 x 30 bulan. Dr. Purboyo mengatakan, bila penyandang autis berada pada derajat retardasi kemampuan belajarnya termasuk slow learner dan terminologi psikologinya termasuk borderline atau kemampuan akademiknya terbilang high function mereka dapat bekerja.
 
"Bila berada pada level borderline dengan rentang IQ dari 84-70 mereka (penyandang autis) bisa menulis dan membaca setara sekolah reguler kelas 6, sehingga selain kehidupan sehari-hari mampu m! andiri mereka juga dapat berkerja," jelas Dr. Purboyo.
 
Bersamaan dengan itu, Ketua Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) sebagai penyelenggara seminar hari ini, Kartika Wirjoatmojo mengatakan pihaknya menyadari pentingnya pedidikan dan peningkatan kapasitas terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, menurutnya, peran berbagai pihak dan kerjasama lintas sektoral dibutuhkan untuk menyiapkan para penyandang autis agar siap memasuki dunia kerja.
 
Kartika Wirjoatmojo mengungkapkan, bila pemberdayaan berupa pendidikan dan pelatihan kerja bagi orang berkebutuhan khusus merupakan program yang kerap dilakukan oleh institusi-institusi, baik swasta maupun pemerinta di luar negeri. Menurutnya, telah banyak pihak swasta dan pemerintah di luar negeri telah memberikan pelatihan hingga penciptaan lapangan pekerjaan, tentu telah disesuaikan dengan penyandang autisme yang memiliki kemampuan berkerja.
 
�! �Kini sudah saatnya pemerintah dan swasta, termasuk para relawan saling! berbagi pengetahuan dan mendukung program peningkatan kapasitas ini. Semoga seminar hari ini akan memberikan pencerahan bagi orangtua penyandang autisme dan pemerhati orang-orang berkebutuhan khusus untuk turun tangan," tutup Kartika Wirjoatmojo.
 
 
 
 
(tty)

Source : http://health.okezone.com/read/2014/04/30/483/978265/bisakah-anak-penyandang-autis-kelak-bekerja