INILAH.COM, Jakarta- Merokok dianggap menjadi faktor risiko paling besar seseorang bisa terkena penyakit mata degenaratif, yaitu age-related macular degeneration (AMD) yang bisa berujung pada hilangnya penglihatan alias buta.
"Ini (merokok) faktor risiko yang paling kuat pada usia 25. Kami, sebagian besar dokter mata menyatakan merokok adalah yang paling besar seseorang bisa berisiko kena AMD," jelas dokter spesialis mata, dr. Elvioza, SPM dalam diskusi 'Cegah Kebutaan Akibat Age-related Macular Degeneration dari Sekarang' yang diselenggarakan perusahaan farmasi, SOHO Group di Jakarta, Kamis (1/8).
Dokter yang sehari-hari berpraktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini menjelaskan, AMD adalah gangguan kesehatan mata karena makula pada bola mata rusak.
Makula adalah bagian penting dari mata yang disebut binting kuning yang berfungsi menyaring sinar yang merusak mata dengan mengikat radikal bebas yang dipancarkan sinar biru (blue rays). Sinar yang umumnya dikenal sebagai sinar ultraviolet ini biasanya berasal dari sinar barang elektronik seperti handphone, komputer, televisi dan juga sinar matahari.
Dalam kerjanya makula dibantu oleh pigmen atau cairan berwarna kuning yang bertugas menyaring segala sesuatu apakah layak untuk masuk ke mata atau tidak. Pigmen inilah yang kualitasnya bisa menurun.
"Jadi kalau pigmennya masih tebal, ia akan mampun menolak sinar yang buruk bagi mata itu tadi, tapi kalau pigmennya sudah menipis, ia maka tak bisa lagi menyaring, sehingga sinar-sinar yang buruk atau lainnya tetap masuk ke bola mata dan merusak kualitas penglihatan," jelasnya lagi.
Merokok, lanjut dokter Elvioza, adalah satu dari banyak faktor risiko yang bisa menyebabkan seseorang terkena AMD ketika usianya menginjak 50 tahun.
Belum diketahui apa penyebab aslinya, dokter Elvioza menyebut sejumlah faktor risiko lainnya seperti keturunan (genetik), katarak, terpapar sinar matahari berlebihan, jenis kelamin yaitu kebanyakan perempuan, memiliki penyakit hipertensi, jantung koroner, diabetes dan gaya hidup yang buruk seperti minum alkohol, merokok, diet tidak sehat dan obesitas atau kegemukan.
"Bahkan perokok pasif, risiko yang dimiliki juga besar ketimbang perokok aktif. Pernah suatu kali pasien yang menderita AMD ternyata adalah istrinya karena menjadi perokok pasif. Karena suaminya yang bertahun-tahun merokok sembarangan, di rumah, di kamar, saat sedang kumpul di rumah," terang dokter yang merangkap sebagai staf ahli divisi vitreo-retina di RSCM ini.
Kini sebuah alat kesehatan untuk mendeteksi keadaan pigment makula diluncurkan sebagai upaya pencegahan AMD. MPS II, demikian nama alat itu, berasal dari Inggris dan menjadi yang pertama akan di jual di Indonesia melalui PT SOHO Global Medika sebagai distributor tunggal
"Alat ini merupakan jawaban atas cara pendeteksi mascular pigment level sebagai langkah preventif terhadap kasus AMD atau tidak, karena pigment yang terlalu rendah membuat seseorang rentan dengan penyakit ini," kata Produk Manager SOHO Global Media, Sylvia Yong. [mor]
Source : http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2016540/perokok-berisiko-besar-terkena-penyakit-amd