Jumat, 26 Juli 2013

Siapa Sangka 12 Hal Ini Juga Bisa Picu Depresi

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Depresi yang kerap kali dirasakan kebanyakan orang bisa disebabkan karena trauma, masalah keuangan, perasaan sedih, atau bahkan pengangguran. Meski begitu, walaupun Anda sedang tidak mengalami masalah serius, depresi juga sering melanda.

Bisa jadi, depresi yang Anda rasakan disebabkan oleh beberapa hal yang jarang disadari bisa membuat depresi. Dikutip dari health.com, Jumat (26/7/2013), berikut 12 hal yang tak disangka-sangka bisa memicu depresi :

1. Terlalu banyak mengakses Facebook

Sejumlah penelitian menunjukkan terlalu banyak menghabiskan waktu di chat room atau jejaring sosial berkaitan dengan depresi terutama pada remaja dan praremaja. Pecandu internet mungkin berjuang keras agar bisa berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata dan kemampuan mereka untuk bersahabat juga kurang. Maka dari itu mereka juga mungkin memiliki pandangan yang tidak realistis terhadap kehidupan di dunia. Beberapa ahli menyebutnya sebagai 'depresi Facebook'.

Pada studi tahun 2010, peneliti menemukan sekitar 1,2 persen orang berusia 15-51 tahun yang menghabiskan lebih banyak waktu online, memiliki tingkat depresi sedang sampai berat yang lebih tinggi. Namun, para peneliti mencatat belum jelas apakah penggunaan internet berlebih menyebabkan depresi atau seballiknya orang yang depresi cenderung menggunakan internet lebih sering.

2. Cuaca panas

Seasonal affective disorder (SAD) paling sering dikaitkan dengan penyakit musim dingin yang menimpa sekitar lima persen orang di Amerika. Bentuk depresi akibat cuaca panas dialmi kurang dari satu persen orang. Menurut Dr Alfred Lewy, profesor psikiatri di Oregon Health and Science University di Portland, depresi cuaca hangat muncul ketika tubuh mengalami penundaan penyesuaian untuk musim yang baru.

"Daripada bangun dan menikmati sinar matahari, tubuh mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan cuaca yang bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan bahan kimia di otak dan hormon mealtonin" imbuhnya.

3. Akhir film atau acara TV

Pada beberapa orang, depresi bisa dipicu akibat berakhirnya sesuatu yang penting, termasuk film dan acara TV. Pada tahun 2009, beberapa fans film Avatar dilaporkan merasa depresi bahkan berisiko bunuh diri karena kehidupan dunia dalam film fiksi itu tidak nyata. Reaksi ini mirip dengan berakhirnya sekuel film Harry Potter.

"Saat menonton film, orang cenderung mengalami kesulitan terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain," kata Emily Moyer Guse, asisten profesor komunikasi di Ohio State University di Columbus. Misalnya dengan film Avatar, Emily mencurigai orang-orang bisa tersapu dalam narasi film tersebut dan melupakan kehidupan nyata serta masalah mereka sendiri.

4. Terlalu banyak pilihan

Menurut beberapa psikolog, banyaknya pilihan yang tersedia berupa kebutuhan makanan atau perkakas rumah tangga bukan masalah bagi pembeli yang memprioritaskan kebutuhan mereka. Tapi, bagi orang yang menanggapi bervariasinya pilihan ini dengan meninjau lebih dalam guna mendapat item terbaik, hal ini bisa memicu depresi. Penelitian menunjukkan bahwa pilihan akhir seseorang terhadap suatu item terkait dengan perfeksionisme dan depresi.

5. Kurang konsumsi ikan

Rendahnya asupan omega-3 asam lemak yang banyak ditemukan dalam minyak ikan, salmon, dan sayuran, mungkin terkait dengan risiko depresi yang lebih besar. Penelitian tahun 2004 di Finlandia menemukan hubungan antara makan lebih sedikit ikan dan terjadinya depresi pada wanita, tapi bukan pada pria. Asam lemak bisa mengatur neurotransmitter seperti serotonin yang berhubungan dengan depresi. Sebuah studi menemukan bahwa suplemen minyak ikan bisa membantu depresi pada orang yang mengalami bipolar disorder.

6. Hubungan persaudaraan yang buruk

Hubungan yang tidak bahagia dengan siapapun bisa menyebabkan depresi. Sebuah studi dalam American Journal of Psychiatry tahun 2007 menemukan bahwa pria yang tidak akur dengan saudara mereka sebelum usia 20 lebih mungkin mengalami depresi di kemudian hari daripada mereka yang tidak. Meski belum begitu jelas apa yang begitu signifikan terhadap hubungan saudara (tidak berlaku pada hubungan dengan orang tua), peneliti menyarankan orang tua bisa membantu anak-anaknya mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebayanya dan bersosialisasi. Apapun alasannya, terlalu banyak bertengkar dikaitkan dengan risiko lebih besar terkena depresi sebelum usia 50 tahun.

7. Pil KB

"Seperti obat, pil KB juga memiliki efek samping. Kontrasepsi oral mengandung versi sintetik progesteron yang oleh beberapa studi dikatakan bisa menyebabkan depresi pada sebagian perempuan. Meskipun alasannya belum terlalu jelas," kata Dr Hilda Hutcherson, profesor klinis kebidanan dan ginekologi di Columbia University, New York.

Hal ini tidak terjadi pada semua orang, tetapi jika wanita memiliki riwayat depresi atau rentan terhadap depresi, mereka memiliki kesempatan peningkatan gejala depresi saat mengkonsumsi pil KB. "Beberapa wanita tidak bisa mengkonsumsi pil KB maka dari itu mereka mencari kontrasepsi alternatif lain misalnya diafragma yang tidak mengandung hormon," imbuh Hutcherson.

8. Efek samping obat

Depresi adalah salah satu dari efek samping obat. Contohnya bagi sebagian orang, Accutane dan versi generiknya yaitu isotretinoin yang diresepkan untuk mengobati jerawat parah bisa berpotensi sebabkan depresi dan pikiran untuk bunuh diri. Depresi bisa juga menjadi efek samping dari obat penghilang rasa gelisah dan insomnia, termasuk Valium, Xanax, dan Lopressor yang diresepkan untuk mengobati tekanan darah tinggi.

Obat penurun kolesterol seperti Lipitor dan Premarin untuk mengatasi gejala menopause juga bisa berefek pada depresi. Oleh karena itu, bacalah efek samping ketika Anda mengonsumsi obat yang baru Anda minum dan selalu konsultasikan ke dokter apakah obat tersebut bisa menyebabkan risiko depresi pada Anda.

9. Merokok

Sudah lama rokok dikaitkan dengan depresi dan pada kenyataannya memang orang yang merokok lebih cenderung terkena depresi. Hal ini disebabkan nikotin pada rokok mempengaruhi aktivitas neurotransmitter di otak sehingga meningkatkan kadar dopamin dan serotonin.

Mekanisme itu juga yang bekerja pada obat antidepresan. Sifat adiktif dalam rokok berpengaruh pada perubahan suasana hati. Oleh karena itu, dengan menghindari rokok dan juga asapnya, akan membantu keseimbangan kimia otak Anda.

10. Kebiasaan tidur yang buruk

Kurang tidur selain menyebabkan berkurangnya refleks tubuh terhadap sesuatu juga bisa meningkatkan risiko depresi. Studi tahun 2007 menemukan bahwa peserta studi yang tidak diijinkan tidur, memiliki aktivitas otak yang lebih besar setelah melihat gambar yang menjengkelkan dibanding peserta lain yang beristirahat dengan cukup. Reaksi ini mirip dengan pasien yang mengalami depresi.

"Jika Anda tidak tidur, Anda tidak punya waktu mengisi sel-sel otak oleh karenanya otak tidak berfungsi dengan baik dan itu adalah salah satu dari banyak faktor penyebab depresi," kata Dr matius Edlund, direktur Center for Circadian Medicine di Sarasota, Florida dan penulis 'The Power of Rest'.

11. Di mana Anda tinggal

Penelitian menunjukkan orang yang tinggal di daerah perkotaan memiliki risiko 39 persen lebih tinggi mengalami gangguan mood dibanding mereka yang tinggal di pedesaan. Sebuah studi dalam journal Nature tahun2011 memberikan penjelasan terhadap kecenderungan ini. Penduduk kota memiliki aktivitas lebih banyak di bagian otak, yang berguna untuk mengatur stres.

Tingkat stres yang lebih tinggi bisa menyebabkan gangguan psikotik. Tingkat depresi masyarakat di tiap negara juga bervariasi. Warga di negara-negara kaya memiliki tingkat depresi lebih tinggi dari negara-negara berpenghasilan rendah. Bahkan, tingginya tingkat depresi ini juga berpengaruh pada meningkatnya risiko bunuh diri.

12. Penyakit Tiroid

Depresi merupakan salah satu gejala hipotiroidisme di mana kelenjar tiroid (kelenjar berbentuk kupu-kupu di leher) tidak menghasilkan hormon tiroid yang cukup. Hormon tiroid bersifat multifungsi dan tugas utamanya yakni bertindak sebagai neurotransmitter dan mengatur kadar serotonin. Jika Anda mengalami gejala depresi disertai sensitivitas terhadap dingin, sembelit, dan kelelahan, bisa jadi Anda terkena hipotiroidisme.

(vit/vit)

Source : http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2f311537/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A70C260C190A1130C23159520C7630Csiapa0Esangka0E120Ehal0Eini0Ejuga0Ebisa0Epicu0Edepresi/story01.htm