Selasa, 23 Juli 2013

Perusahaan China Berharap Bangun RS di Indonesia


GUANGZHOU,KOMPAS.com - Boai Enterprise Group, perusahaan China yang bergerak di bidang industri medis, berharap dapat memperlebar sayap bisnisnya di Indonesia dengan membangun rumah sakit. Harapan tersebut diungkapkan chairman Boai Grup Lin Zhicheng di sela-sela kunjungan media dan para ahli pengobatan dari Ikatan Naturopatis Indonesia, Senin (22/7/2013), di Guangzhou, China.  

Lin menyatakan, pihaknya berkeinginan untuk mewujudkan pembangunan rumah sakit di salah satu kota besar di Indonesia, setidaknya dalam lima tahun ke depan. Ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan pelayanan kepada pasien, sekaligus mempererat kerjasama dengan Indonesia.    

"Kami ingin terus meningkatkan kerjasama dengan Indonesia. Dalam lima tahun ke depan, kami berharap dapat membuka rumah sakit di sana," ungkap Lin.

Perusahaan yang dipimpin Lin merupakan korporasi yang membawahi belasan rumah sakit di China termasuk Modern Cancer Hospital Guangzhou, salah satu tempat yang banyak dikunjungi warga Indonesia untuk berobat tumor dan kanker.  

Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak "menyumbang" pasien ke Negara Tirai Bambu tersebut. Tercatat  setiap tahunnya  ribuan orang dari tanah air berobat ke rumah sakit China, terutama untuk jenis penyakit yang sulit disembuhkan seperti tumor dan kanker. Di kawasan Asia Tenggara,  Boai  Enterprise Grup juga telah melebarkan sayapnya, di antaranya dengan membangun tiga rumah sakit di Vietnam.

Diakui Lin, mendirikan rumah sakit di Indonesia masih menjadi suatu hal yang sulit direalisasikan mengingat banyak kendala yang dihadapi. Boai Group pernah menjajaki kemungkinan tersebut dan menemukan beberapa perbedaan hal yang prinsipal, seperti regulasi dan sistem pelayanan medis serta perbedaan budaya dan kebiasaan di kedua negara.

Salah satu yang berbeda, papar Lin, di antaranya adalah peraturan tentang pola kerja dokter dan tenaga medis. Di China, pemerintah hanya mengiizinkan seorang dokter berpraktek di satu rumah sakit saja selama 365 hari atau satu tahun. Berbeda dengan dokter di Indonesia yang boleh berpraktik sendiri di rumah bahkan bekerja untuk beberapa klinik dan rumah sakit.

Selain itu, kata Lin, hal lain yang berbeda adalah sistem pengambilan keputusan terkait pengobatan pasien. Di China, keputusan medis biasanya ditetapkan oleh suatu tim lengkap terdiri dari ahli berbagai spesialistik. Berbeda dengan pelayanan rumah sakit di tanah air yang mana keputusan dapat ditentukan oleh satu atau dua orang dokter.          

Meski sulit, Lin tetap yakin harapannya untuk membuka rumah sakit di Indonesia dapat terwujud melalui suatu proses yang bertahap. Untuk tahap awal, pihaknya terus meningkatkan kerjasama melalui transfer ilmu kedokteran dengan mengundang para ahli pengobatan dari Indonesia untuk belajar di China.

Source : http://health.kompas.com/read/xml/2013/07/22/2341195/Perusahaan.China.Berharap.Bangun.RS.di.Indonesia