Senin, 22 Juli 2013

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Masih Rendah

INILAH.COM, Jakarta- Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dianggap masih setengah-setengah disediakan oleh pemerintah ataupun sektor swasta. Padahal sama seperti anak normal lainnya, ABK pun bisa meraih prestasi dan sama produktifnya.

"Anak-anak ABK masih jadi warga negara ketiga. Secara menyeluruh sistem pendidikan di Indonesia sudah kompleks, tapi karena masih banyak masalah yang timbul pada pendidikan anak normal, apalagi yang membutuhkan layanan khusus, anak ABK belum dianggap setara dengan anak normal. Padahal mereka bisa sama produktifnya dan memiliki prestasi sama seperti anak normal," kata Adi D. Nugroho Hortsman Ph.D, ahli pendidikan spesial dalam talkshow tentang perlakuan ideal bagi ABK yang diselenggarakan Yayasan Indonesia Peduli Anak Berkebutuhan Khusus di Jakarta, Sabtu (20/7).

Padahal, lanjut dia, jika sejak dini sudah ada perhatian akan pendidikan terhadap para ABK, maka 20-30 tahun ke depan para ABK tidak akan lagi dianggap menjadi beban. Mereka bisa menjadi mandiri untuk dirinya sendiri dan bahkan berkontribusi bagi lingkungan tempatnya tinggal.

Kenyataan ini pun yang ditangkap Yayasan Indonesia Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (YIPBK) untuk mengkampanyekan " 'What will I Be? Bangun Kesadaran dan Kepedulian Teradap Anak berkebutuhan Khusus."

"Berawal dari keprihatinan persoalan besar terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan bagi anak ABK di Indonesia, yaitu masih besarnya jumlah ABK yang belum mendapatkan layanan pendidikan dan penanganan efektif terhadap kondisi mereka. Meski mereka memiliki kondisi kekhususan, mereka juga berhak memiliki masa depan yang lebih baik," ujar Wakil Ketua Pengurus YIPABK, Very J. Manik.

Maka, Sabtu lalu yipabk meluncurkan kampanye "'What will I Be?, Bangun Kesadaran dan Kepedulian Teradap Anak berkebutuhan Khusus " yang diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mendukung dan mempersiapkan masa depan mereka yang lebih baik.

YIPABK menargetkan memberikan bantuan kepada 100 ABK berupa berupa assessment kondisi anak, diagnosa, intervensi atau terapi, dan penyusunan program pembelajaran individu bagi ABK di sekolah.

Selain itu juga memberikan pelatihan kepada sekitar 50 orang tua, 50 guru, selama 2013-2014.

Untuk menyosialisasikan kampanye tersebut, akan digelar beberapa kegiatan yang menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki talenta dan kelebihan. Kegiatan-kegiatan itu seperti, pameran lukisan, dan karya kerajinan tangan ABK di lantai 6 Senayan City, Jakarta, 22-26 Juli 2013. Ada juga konser musik dan penampilan anak-anak berkebutuhan khusus pada 5 Oktober, di gedung Menara Kuningan Unit F3. [mor]

Source : http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2012508/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-masih-rendah