Minggu, 28 Juli 2013

Para Peneliti Temukan Petunjuk Untuk Mengatasi Alergi Kucing

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Siapa tak suka bermain dengan kucing? Hewan mamalia yang satu ini memang sering dijadikan hewan peliharaan karena tingkahnya yang menggemaskan. Namun banyaknya orang dengan alergi kucing membuat keberadaan hewan ini sering diasingkan. Dan kini sebuah penelitian telah menemukan petunjuk terbaru mengenai kondisi ini.

Orang dengan alergi kucing sangat sensitif terhadap protein yang terdapat di dalam air liur, urine, dan sisik kulit kering pada kucing. Gejala alergi kucing dapat berkembang dalam beberapa menit atau bahkan beberapa jam. Beberapa orang dengan asma parah bahkan lebih berisiko setelah kontak dengan kucing, seperti dilansir BBC, Minggu (28/7/2013).

Tim peneliti dari University of Cambridge mengungkapkan bahwa mereka telah mengidentifikasi bagaimana sistem kekebalan tubuh mendeteksi alergen kucing yang menyebabkan gejala seperti batuk dan bersin.

Diharapkan hasil ini dapat dijadikan dasar untuk membuat obat pencegahan. Allergy UK mengatakan penelitian yang didanai oleh Wellcome Trust dan Medical Research Council ini merupakan langkah besar dalam memahami bagaimana kucing bisa menyebabkan reaksi alergi.

Peneliti yang dipimpin oleh Dr Clare Bryant dari Universitas Cambridge mempelajari protein yang ditemukan dalam partikel kulit kucing, yang dikenal sebagai bulu kucing, yang merupakan penyebab paling umum dari alergi kucing.

Mereka menemukan bahwa alergen kucing mengaktifkan jalur tertentu dalam tubuh. Hal ini memicu respons imun besar penderita alergi dan menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, bersin, dan hidung meler.

"Kami telah menemukan bagaimana protein alergi kucing mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh manusia. Dengan memahami mekanisme pemicu, diharapkan lebih lanjut akan dirancang obat dalam uji klinis untuk mengobati alergi kucing dan mencegah timbulnya alergi kucing," papar Dr Bryant.

Allergy UK juga mengungkapkan bahwa penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Immunology ini sebagai langkah untuk memahami bagaimana kucing bisa menyebabkan reaksi alergi yang parah.

"Alergen kucing sangat sulit untuk dihindari karena merupakan molekul 'lengket' yang bisa dibawa ke mana saja melalui sepatu dan pakaian orang," kata direktur layanan klinis Allergy UK, Maureen Jenkins.

Menurutnya alergen ini bisa juga ditemukan di rumah, di dinding, langit-langit, atau pada perlengkapan lainnya, meskipun kucingnya sudah beberapa tahun tidak tinggal di rumah tersebut.

"Oleh karena itu, informasi baru ini bisa membuka jalan pengobatan bagi mereka dengan penyakit persisten yang berisiko terpicu oleh alergen kucing. Sebab tak hanya kucing, beberapa tahun ke depan juga berpotensi pada anjing dan tungau debu," tutur Jenkins.

Reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap bahaya yang dirasakan. Alih-alih menanggapi virus berbahaya atau bakteri, sistem kekebalan tubuh justru menyerang alergen tertentu seperti bulu kucing.

(vta/vit)

Source : http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2f3fbd60/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A70C280C15130A10C23166390C7630Cpara0Epeneliti0Etemukan0Epetunjuk0Euntuk0Emengatasi0Ealergi0Ekucing/story01.htm