Sabtu, 20 Juli 2013

Jika Kurang Vitamin D, Gangguan Fisik di Usia Tua Bakal Menghadang

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Apapun bentuknya, vitamin D merupakan salah satu suplemen yang Anda perlukan untuk mempertahankan kesehatan tulang dan otot. Apalagi sebuah studi baru menemukan kurangnya asupan vitamin D dapat berujung pada gangguan fisik ketika seseorang menginjak usia senja.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism ini mengungkap bahwa lansia yang kekurangan vitamin D lebih sering mengalami sedikitnya satu gangguan fungsional seperti tak bisa berkeliaran di dalam rumah sendirian dibandingkan orang-orang yang asupan vitamin D-nya memadai.

"Lansia yang kadar vitamin D-nya rendah lebih cenderung mengalami keterbatasan mobilitas dan penurunan fungsi fisik dari waktu ke waktu. Lebih jauh lagi, lansia yang memiliki keterbatasan-keterbatasan ini lebih sering berakhir di panti jompo dan menghadapi risiko kematian yang lebih besar," tandas ketua tim peneliti Evelien Sohl dari VU University Medical Center di Amsterdam seperti dilansir CBSNews, Jumat (19/7/2013).

Apalagi peneliti mengungkapkan bahwa 90 persen lansia mengalami kekurangan vitamin D. Padahal vitamin D berfungsi membantu membentuk tulang dan otot serta mencegah efek penyakit tulang semisal osteoporosis. Vitamin D sendiri dapat diperoleh dari paparan sinar matahari atau makanan seperti minyak hati ikan, lemak ikan, jejamuran, kuning telur, dan hati. Vitamin ini juga biasa ditambahkan pada susu.

Kesimpulan ini diperoleh peneliti setelah mengamati 762 lansia berusia antara 65-88 tahun dan membandingkannya dengan partisipan dengan usia yang lebih muda (55-65 tahun) sebanyak 597 orang. Setiap partisipan diamati selama enam tahun sebagai bagian dari Longitudinal Aging Study Amsterdam.

Peneliti juga menanyakan kemampuan partisipan untuk melakukan aktivitas normal seperti duduk, berdiri setelah duduk atau berjalan di luaran selama lima menit tanpa berhenti.

Dari tes darah juga terungkap kadar vitamin D masing-masing partisipan dan berdasarkan kadar vitamin D dalam tubuhnya, partisipan dibagi menjadi tiga kelompok. Untuk kelompok lansia, partisipan yang dilaporkan memiliki kadar vitamin D terendah berpeluang 1,7 kali lebih sering mengalami keterbatasan minimal satu aktivitas fisik dibandingkan partisipan yang kadar vitamin D-nya paling tinggi.

Namun ketika melihat kelompok partisipan yang lebih muda, mereka yang vitamin D-nya paling sedikit dua kali lebih sering mengalami kesulitan untuk melakukan sedikitnya satu aktivitas harian ketimbang mereka yang kadar vitamin D-nya paling banyak.

Tak hanya itu, gangguan fisik tambahan akan lebih sering terjadi tiga tahun kemudian pada kelompok lansia dengan kadar vitamin D terendah dan enam tahun pada kelompok partisipan yang lebih muda.

"Temuan ini mengindikasikan rendahnya kadar vitamin D pada lansia bisa jadi berkontribusi terhadap penurunan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas harian dan hidup mandiri. Penggunaan suplemen mungkin dapat dipertimbangkan untuk membantu mencegah penurunan tersebut, tapi gagasan ini tampaknya perlu dikaji lebih mendalam lagi," tutup Sohl.

Office of Dietary Supplements, National Institutes of Health, AS sendiri telah lama merekomendasikan agar orang dewasa berusia 51-70 tahun memperoleh asupan vitamin D sebesar 600 IU setiap harinya dan orang dewasa berusia 70 tahun ke atas mendapatkan 800 IU per hari.

(vit/vit)

Source : http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2ee43cc1/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A70C190C20A0A20A50C230A84820C7630Cjika0Ekurang0Evitamin0Ed0Egangguan0Efisik0Edi0Eusia0Etua0Ebakal0Emenghadang/story01.htm