Senin, 22 Juli 2013

Inilah Eksistensi Kaum Adam

TEMPO.CO, Jakarta -Setelah London merayakan ulang tahun pertamanya dalam pergelaran mode khusus pria, ketika Milan masih "berkabung" atas hengkangnya Burberry, Paris hadir di pengujung perhelatan untuk mengukuhkan pentingnya kaum Adam bagi industri mode. Ibu kota adibusana tersebut seolah ingin menjawab pertanyaan yang diajukan Dewan Perancang Mode Amerika (CFDA) beberapa bulan terakhir di New York tentang pentingnya busana pria digelar lagi secara terpisah dari pekan mode untuk wanita.

Sebanyak 47 rumah mode terkemuka yang meramaikan pekan mode Paris, tiga pekan lalu, tak melulu menempatkan pria sebagai pembeli potensial. Bagi Paris, pria juga tantangan. Sebab, di balik ego dan sikap apatis terhadap mode, pria adalah pemilih yang bahkan sering kali melebihi para wanita. Para perancang busana acap kali kesulitan memenuhi keinginan mereka. Bukankah di sinilah pentingnya sebuah pekan mode memaksa desainer untuk berpikir kreatif?

Alber Elbaz, direktur artistik rumah mode Lanvin, kali ini menilai kebanyakan pria tak suka sesuatu yang berlebihan. "Tapi tanpa menjadi biasa-biasa saja," katanya, seperti dikutip dari NYTimes, Rabu dua pekan lalu. Ketika banyak pekan mode lain telah dipenuhi dengan celana bermuda, motif cetakan, dan tema-tema lainnya, Elbaz malah menghadirkan celana tanggung yang dipadukan dengan coat dan jaket bomber. Semuanya dibuat longgar sehingga, meski unik, siluet yang kedodoran menjadikan sebagian koleksi kurang enak dipandang.

Berbeda dengan Lanvin, rumah mode Louis Vuitton justru muncul untuk memberi pilihan busana bagi pria-pria normal masa kini yang ingin tampak tangguh sekaligus cantik. Direktur Artistik LV, Kim Jones, terilhami sebuah perjalanan di Amerika Serikat dengan menyajikan kemeja kotak-kotak, jaket varsity, dan bandana bercetak. Atau bila Anda di tipe pria yang ingin memenuhi pelataran Gedung Bursa Efek Indonesia dengan busana kantoran yang modis, bisa juga memilih Hermes, yang menggoda lewat jas dan pakaian sporty dari kain-kain berkualitas tinggi, seperti linen, poplin (campuran sutra), dan suede.

Tapi, jika harus memilih, raja sebenarnya pada pekan mode Paris kali ini adalah perancang asal Belgia, Raf Simons, dengan koleksi busananya yang nyeleneh. Dia mempertahankan gayanya selama ini, yang selalu menjadikan karyanya sebagai hasil sebuah pemikiran atau ide sebuah zaman ketimbang sekadar bermimpi dan membuat sketsa busana.

Baginya, ketika banyak hal kini telah serba artifisial, "Saya ingin menemukan sesuatu yang paling berlawanan, dan itu adalah bayi. Bayi laki-laki," kata Simons.

Benar saja, Simons—selain menjalankan label atas namanya, menjadi Direktur Kreatif Christian Dior—menawarkan sesuatu yang benar-benar tak biasa, seperti halnya dia memilih Bandara Le Bourget sebagai lokasi pertunjukannya di Paris. Dia memadukan deretan celana pendek yang lebih tampak seperti rok mini dari depan dengan kaus panjang beraneka motif grafis pop art yang segar. Potongannya begitu sederhana, tapi tetap saja menyenangkan.

AGOENG WIJAYA
Front Pembela Islam | FPI
Hambalang Jilid 2
Bursa Capres 2014
Aksi Liverpool di GBK
Eksekutor Cebongan

Source : http://www.tempo.co/read/news/2013/07/21/110498338/Inilah-Eksistensi-Kaum-Adam