Selasa, 30 Juli 2013

Bagaimana Bisa Tahu Anak Kena Gangguan Mental? Cek di Sini

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Jika anak merasa tak enak badan karena flu atau cedera fisik, Anda tentu dapat mengenalinya dengan mudah. Tapi bagaimana jika anak Anda terkena gangguan mental?

Di Amerika, Centers for Disease Control and Prevention mengatakan masalah ini tengah menjadi perhatian utama karena satu dari lima anak di Negara Adidaya itu didiagnosis mengidap gangguan mental seperti depresi. Untuk itu, setiap orang tua dituntut harus bisa tahu seperti apa gejala gangguan mental pada anak-anak, yang kerap kali disepelekan dan bagaimana cara mengatasinya.

"Gejalanya berbeda dengan gangguan mental pada orang dewasa. Misalnya depresi pada anak seringkali terlihat sebagai kecenderungan untuk mudah marah, sering gelisah dan menangis tanpa henti," ungkap Dr. Elizabeth Waterman, seorang psikolog klinis dari Morningside Recovery Center, Newport Beach, California, seperti dikutip dari Fox News, Selasa (30/7/2013).

Sedangkan pada remaja yang mengalami depresi biasanya mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial dan terisolasi dari rekan-rekannya. Bahkan terkadang mereka memiliki konflik dengan orangtua atau sekolah. "Tapi biasanya perlu terlihat lebih lama secara signifikan dibandingkan dengan orang dewasa agar dianggap sebagai depresi," terang Waterman.

Anak-anak yang menderita gejala kecemasan juga biasanya terlalu banyak khawatir, takut tidur, terpisah dari teman-temannya atau kesepian dan sering mengalami cedera.

Gejala lainnya antara lain:
- Hiperaktif: susah berkonsentrasi, menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), duduk tenang dan mengikuti aturan tertentu.
- Perubahan di sekolah: nilai anjlok, sering mengeluh sakit perut dan pusing, sering mengajukan berbagai alasan agar bisa bolos, perubahan sosial maupun perilaku.
- Kehilangan ketertarikan pada aktivitas ekstrakurikuler
- Terlalu banyak tidur atau kurang tidur
- Terlalu banyak makan atau kurang makan, serta terlalu banyak berolahraga dan cenderung mengonsumsi obat pencahar
- Mood mudah berubah, mudah terganggu dan marah
- Impulsif sebenarnya normal bagi para remaja, tapi berkendara secara sembrono, merokok, mengonsumsi narkoba dan minum minuman keras serta mempraktikkan perilaku seks menyimpang bisa jadi berbahaya
- Mendadak merasakan ketakutan secara ekstrim tanpa diketahui penyebabnya
- Merasa tak berharga, tak berdaya, tak punya harapan dan sedih
- Cemas dan mengalami serangan panik
- Cenderung suka menghancurkan barang-barang, melanggar aturan, menyakiti hewan dan mendengar suara-suara aneh
- Kerap berbicara tentang kematian, tak ingin hidup lagi dan terpikir untuk bunuh diri

Lalu setelah mengenali gejala-gejala itu dan Anda menduga si buah hati mengidap gangguan mental, ini yang harus Anda lakukan:

1. Ajak anak lakukan check-up
Menurut Diane Lang, seorang psikoterapis dan pakar hidup positif, penting bagi orang tua untuk membuat janji dengan dokter anak yang sering menangani anak Anda untuk mengecek apakah ada kondisi fisik tertentu, alergi, gangguan belajar atau autisme yang mungkin mirip dengan gangguan mental.

2. Carilah spesialis yang khusus menangani kondisi anak
Ketika si anak tengah dievaluasi, fokuslah agar Anda memperoleh diagnosis yang akurat. "Pasalnya ini bisa jadi hanya masalah perilaku atau kurangnya skill parenting yang dimiliki orangtua," kata Waterman.

Waterman juga menambahkan terapis atau psikolog anak dapat membuat diagnosis, memberikan pengobatan hingga merekomendasikan terapi keluarga atau pelatihan parenting.

3. Ketahui bahwa sejumlah gangguan mental terlalu sering didiagnosis
Menurut CDC, attention deficit-hyperactivity disorder (ADHD) adalah kondisi yang paling sering didiagnosis pada anak. Tapi baik Waterman and Lang sepakat jika ADHD ini terlalu sering didiagnosis pada anak-anak. Untuk itu penting bagi orang tua untuk memastikan diagnosis tersebut dengan menemui dokter anak, psikolog atau psikiater.

"Selain ADHD, dua kondisi lain yang terlalu sering didiagnosis pada anak-anak adalah schizophrenia dan gangguan bipolar," ujar Waterman. Padahal kedua gangguan ini cenderung muncul pada masa remaja, jadi jarang ada anak yang mengidap salah satunya.

4. Jangan pakai label tertentu
Hindari penggunaan istilah seperti 'depresi' atau 'gangguan kecemasan' karena dapat merusak kepercayaan diri anak. Alih-alih menggunakan kedua istilah itu, beritahu anak bahwa masalahnya terletak pada gejala-gejala yang dialaminya dan terangkan Anda tengah mencarikannya bantuan sehingga ia tak merasa khawatir.

5. Menambah wawasan
Seringkali orang tua tak paham betul bagaimana perasaan anak-anaknya yang mengidap depresi, misalnya, atau bagaimana menolong mereka. "Padahal jika orang tua mempelajari tentang aspek-aspek kondisi yang dialami anaknya, otomatis mereka juga bisa belajar bagaimana mengatasinya," tutur Lang.

6. Mencari dukungan
Berbagi pengalaman Anda dengan orang tua lainnya yang mengalami hal serupa dapat membantu Anda mengatasi gangguan mental pada anak. Anda bisa menanyakan tentang kelompok yang dimaksud pada dokter anak atau rumah sakit yang biasa Anda kunjungi.

7. Terus berharap dan percaya diri
"Sakit mental itu bisa diobati kok," kata Lang. Orangtua juga harus merasa percaya diri bahwa dengan bantuan profesional maka kondisi anak mereka bisa membaik.

(vta/vta)

Source : http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2f50a550/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A70C30A0C0A70A9130C23182620C130A10Cbagaimana0Ebisa0Etahu0Eanak0Ekena0Egangguan0Emental0Ecek0Edi0Esini/story01.htm