Kamis, 13 Juni 2013

Wahai Ibu Baru, Perhatikan Risiko Pasca Persalinan Berikut Ini

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Setelah 9 bulan kehamilan, umumnya perhatian calon ibu maupun ayah terfokus pada nutrisi agar janin lahir sehat dan sempurna. Padahal, masa pasca persalinan juga tak kalah penting. Di masa ini, ibu menghadapi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu kondisi kesehatan.

"Banyak risiko pasca melahirkan yang luput dari perhatian. Dengan bekal pengetahuan sejak dini, dampak dari risiko-risiko ini bisa dikurangi sehingga ibu dapat menjalani periode pasca melahirkan lebih nyaman dan terhindar dari risiko jangka panjang," ujar dr Ivan Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dalam acara media workshop yang diadakan di Auditorium RSU Bunda, Jl Teuku Cik Ditiro, Jakarta, Rabu (12/6/2013).

1. Vaginal prolapse
Salah satu risiko yang dialami ibu pasca melahirkan adalah vaginal prolapse atau keluarnya sebagian rahim dari mulut vagina. Kondisi ini lebih dikenal dengan sebutan awam 'turun berok'. Risiko ini tidak hanya muncul pasca persalinan normal, tetapi juga pada pasca operasi caesar.

Menurut dr Ivan, sekitar 25 persen perempuan memiliki risko rusak jaringan dasar panggul selama kehamilan. Kondisi ini yang memungkinkan terjadinya vaginal prolapse. Selain itu, risiko kemungkinan munculnya kondisi ini akan semakin parah dengan peningkatan usia dan jika perempuan tersebut kurang olahraga.

Gejala yang mungkin muncul adalah adanya tekanan pada dasar panggul dan rasa tidak nyaman saat berhubungan intim. Namun, vaginal prolapse bisa dicegah dengan senam Kegel atau olahraga dasar panggul. Konsultasikan sebelumnya dengan dokter kandungan Anda.

2. Inkontinensia urine atau feses
Inkontinensia adalah saat di mana seseorang tidak bisa menahan buang air kecil atau bahkan buang air besar. Biasanya urine atau feses akan keluar secara tidak sengaja saat sedang batuk atau bersin. Kondisi ini muncul sebagai akibat melemahnya otot-otot dinding pelvis yang menopang rahim dan kandung kemih, akibat tekanan janin semasa hamil.

"Apabila tidak diantisipasi sejak dini, risiko-risiko ini dapat memberi dampak jangka panjang yang mengurangi kualitas hidup perempuan," lanjut dr Ivan.

Sama seperti vaginal prolapse, kondisi ini bisa dicegah dan diatasi dengan melakukan senam Kegel atau olahraga dasar panggul.

3. Kerapuhan tulang
Kerapuhan tulang atau osteoporosis rentan dialami oleh ibu pasca melahirkan, khususnya saat menyusui. Di masa menyusui, ibu mengalami penurunan kadar kalsium hingga 20 persen. Sebab, proses hamil dan menyusui dapat mengurangi deposit kalsium di dalam tubuh. Meskipun begitu, bukan berarti ibu tidak boleh menyusui, dr Ivan justru sangat menganjurkan agar ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

"Menyusui sangat dianjurkan, tak hanya baik bagi bayi, tetapi juga bagi ibu itu sendiri. Sebaiknya, penuhi gizi ibu terutama kalsium saat menyusui agar kesehatan tulangnya tetap terjaga," imbuh dr Ivan.

Untuk menjaga asupan kalsium tetap tercukupi saat hamil, dr Ivan menganjurkan para ibu menyusui dengan cara rajin minum susu. Masukkan juga makanan yang mengandung kalsium dalam menu makan sehari-hari seperti jeruk, kedelai, brokoli, yoghurt, almond dan keju. Selain itu, olahraga dan rajin memeriksa kondisi tulang dengan melakukan bone densitometry juga sangat dianjurkan agar kepadatan tulang dapat terkontrol dan terjaga.

(vta/vta)

Source : http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2d2fe8a0/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C120C1936540C22718190C12990Cwahai0Eibu0Ebaru0Eperhatikan0Erisiko0Epasca0Epersalinan0Eberikut0Eini/story01.htm