Jumat, 28 Juni 2013

Taman, Penentu Kesejahteraan Lingkungan

TEMPO.CO, Jakarta - Suka ke taman? Menikmati hijaunya pepohonan dan segarnya udara bagi pernapasan membuat taman menjadi tempat yang nyaman. Sayangnya, di Indonesia, hanya beberapa taman saja yang benar-benar menyamankan. Hanya segelintir taman (taman selaku fasilitas umum, bebas biaya masuk) yang benar-benar terkelola dengan baik.

Sisanya, taman lebih banyak menjadi tempat 'nongkrong' para remaja, tempat berjualan, bahkan tempat mesum. Ini membuat taman menjadi kehilangan fungsi aslinya. Taman menjadi penuh sampah, banyak coretan, dan berantakan. Padahal, taman menunjang kehidupan masyarakat menjadi lebih sehat dan tentunya lebih bahagia.

"Sebuah penelitian dalam jurnal Psychological Science telah membuktikan kebermanfaatan taman bagi manusia," tulis situs Psychology Today, Rabu, 26 Juni 2013. Penelitian yang diterbitkan pada bulan Juni 2013 ini dilakukan oleh empat peneliti, yakni Mathew Putih, Ian Alcock, Benediktus Wheeler, dan Michael Depledge.

Mereka melakukan analisis longitudinal data di Inggris yang telah dikumpulkan selama periode 18 tahun. Dalam penelitian ini, mereka melibatkan lebih dari 10.000 orang dari daerah perkotaan dan bertanya tentang kesehatan umum (termasuk kesehatan mental) dan tentang kesejahteraan.

Kemudian, peneliti mengaitkannya dengan berapa banyak ruang hijau yang terbuka di lingkungan mereka. Ruang hijau ini meliputi kebun dan taman. Survei juga menanyakan tentang faktor-faktor lain yang memengaruhi kesejahteraan, seperti pendidikan, status perkawinan, usia, dan pekerjaan.

Dari sini, peneliti akan menganalisis segala variabel untuk menentukan faktor apa sajakan yang memengaruhi tekanan mental dan kesejahteraan seseorang. Hasilnya, menikah dan menjadi penganggur membuat mereka memiliki tingkat tekanan mental yang tinggi.

Namun, yang paling disoroti adalah hasil yang menunjukkan bahwa seseorang yang tinggal di dekat taman memiliki tingkat tekanan mental yang rendah dan tingkat kesejahteraan yang tinggi.

Peneliti melihat, tekanan karena menikah dan menjadi penganggur hanya memengaruhi lingkup keluarga. Namun, kesejahteraan yang dipelopori oleh taman memengaruhi lingkungan yang lebih besar, tidak hanya keluar, tetapi juga masyarakat sekitar taman.

Kota, memang menjadi magnet tersendiri bagi setiap orang. Mudahnya mencari pekerjaan, hiburan, transportasi, dan lain sebagainya menjadi alasan seseorang lebih memilih tinggal di kota. Namun, hal inilah yang justru seringkali menjadi pemicu stres mereka. Kebisingan dan kepadatan kota membuat seseorang menjadi stres. Kehadiran taman, bagai oase bagi masyarakat perkotaan.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemerintah harus mendukung pembangunan dan pemeliharaan daerah hijau di kota-kota mereka. Di seluruh dunia, ini adalah masa-masa penghematan. Artinya, dengan 'berinvestasi' taman sesungguhnya pemerintah telah menghemat biaya kesehatan masyarakat di kemudian hari.

Peneliti menyimpulkan, ketersediaan taman harus menjadi faktor penentu bagi seseorang yang tinggal di suatu daerah. Pilihlah rumah tinggal yang dekat dengan taman agar kehidupan lebih sejahtera dan nyaman.

PSYCHOLOGY TODAY | ANINGTIAS JATMIKA

Terhangat:
Ribut Kabut Asap| PKS Didepak?| Persija vs Persib| Penyaluran BLSM| Eksekutor Cebongan

Baca Juga:
SBY dan Ronaldo Saling Follow di Twitter
Heboh Bayi Berkepala Dua di Majenang, Cilacap
Ilmuwan Temukan Tiga Planet Layak Huni
Implan Payudara Wanita Pecah Saat Bermain iPhone

Source : http://www.tempo.co/read/news/2013/06/28/060491885/Taman-Penentu-Kesejahteraan-Lingkungan