Sabtu, 01 Juni 2013

Radiasi Nuklir Tak Picu Peningkatan Kanker di Jepang

Kompas.com - Sekalipun reaktor nuklir di Jepang mengalami kerusakan pasca gempa berskala magnitude 9 dan tsunami, namun evakuasi yang cepat dilakukan oleh Pemerintah Jepang berhasil mencegah peningkatan kasus kanker dan gangguan kesehatan lainnya.

Paparan radiasi setelah kebocoran reaktor nuklir yang terjadi dua tahun lalu itu dinyatakan tidak menyebabkan efek kesehatan yang segera. Demikian menurut United Nation Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) dalam pertemuan tahunan mereka.

Meskipun kebocoran reaktor nuklir di Jepang ini dianggap yang terburuk dalam 25 tahun terakhir, tetapi dampaknya jauh berbeda dengan peristiwa di Chernobyl tahun 1986. Pada saat itu reaktor milik Soviet itu meledak dan menyebarkan debu radioaktif sampai ke Eropa dan dipercaya memicu terjadinya kanker tiroid pada anak-anak.

Gempa berkekuatan magnitude 9 dan tsunami di Jepang pada Maret 2011 itu membunuh hampir 19.000 orang dan menghancurkan wilayah Fukushima Daiichi, menyemburkan radiasi, serta memaksa 160.000 orang meninggalkan rumah mereka.

Tindakan untuk melindungi penduduk di area terdampak, termasuk evakuasi, secara signifikan mengurangi paparan kandungan radioaktif.

"Tindakan tersebut sangat bernilai untuk mengurangi potensi paparan radiasi sampai 10 faktor. Jika tidak begitu mungkin saat ini kita sudah melihat peningkatan kasus kanker dan masalah kesehatan lain yang timbul beberapa dekade kemudian," kata Wofgang Weiss, anggota senior UNSCEAR.

Ia mengatakan bahwa dosis radiasi yang ditimbulkan sangat rendah sehingga sangat kecil kemungkinan akan meningkatkan kasus kanker.

Hasil penelitian tersebut tampak berbeda dengan laporan WHO yang dipublikasikan pada bulan Februari lalu yang menyebutkan bahwa penduduk di sekitar lokasi nuklir mengalami peningkatan beberapa kanker, meski kecil.

Weiss mengatakan penelitian yang dilakukan UNSCEAR dilakukan oleh 80 pakar dan melibatkan 5 organisasi internasional, termasuk badan kesehatan PBB itu berdasarkan informasi yang meliputi periode panjang pasca kejadian.

Meski hanya menyebabkan tingkat radiasi yang kecil, kematian yang tidak terkait radiasi atau efek langsung dari kejadian itu diamati terhadap 250.000 pekerja, termasuk para karyawan reaktor nuklir.

Jika dibandingkan dengan Chernobyl, menurut Weiss orang-orang di sekitar lokasi kejadian terpapar radioaktif iodine yang mencemari susu.

Kelenjar tiroid, di bagian leher yang memproduksi hormon dan mengatur fungsi vital tubuh, adalah organ yang paling terpapar radioaktif iodine. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan.

"Di Chernobyl kebanyakan anak-anak meminum susu dengan konsentrasi iodine yang tinggi sehingga banyak yang menderita kanker tiroid," katanya.

Di Belariusia, Rusia dan Ukraina, negara-negara yang paling terdampak oleh ledakan nuklir Chernobyl, dilaporkan terdapat 6000 kasus tiroid kanker di tahun 2005, terutama pada anak dan orang dewasa yang terpapar.

"Kebanyakan kasus kanker yang disebabkan oleh radiasi nuklir terjadi tak lama setelah kejadian," katanya.

Source : http://health.kompas.com/read/xml/2013/06/01/13474748/Radiasi.Nuklir.Tak.Picu.Peningkatan.Kanker.di.Jepang