Senin, 17 Juni 2013

Peningkatan Wisata Kapal Yatch, Mulai Digarap

TEMPO.CO, Jakarta - Peluang turis mancanegara berlibur dengan kapal yacht ke Indonesia makin mulus. Dukungan peraturan pemerintah tentang kapal wisata dan investasi di bidang marina, membuat pemilik kapal-kapal mewah itu makin mudah berlabuh.

Pameran 15 kapal pesiar dan 6 yatch (kapal mewah) dalam Indonesia Yacht Show 2013 di Batavia Sunda Kelapa Marina pada 8 dan 9 Juni 2013 lalu, bertujuan merintis pengembangan wisata laut di Indonesia, lewat kapal yacht.

Terutama kepada para pemilik kapal yacht yang mengarahkan tujuan wisatanya ke Indonesia. Kehadiran beberapa negara peserta pameran seperti,  Inggris, Amerika Serikat, Korea, Taiwan, Singapura, dan Malaysia dalam pameran itu, diharapkan menumbuhkan minat wisata kapal yacht dan memilih Indonesia sebagai destinasi berlabuh.

Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Firmansyah Rahim, laut Indonesia luasnya 70 persen dari  daratan 30 persen. Meski baru segelintir turis menggunakan yacht memasuki Indonesia.

"Setiap tahun hanya ada sekitar 600 sampai 700 yacht berlayar ke lautan Indonesia. Namun sedikit yang berlabuh, "kata Firmasyah mengenai pemilik yacht yang kebanyakan orang asing.

Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 79/2011, tentang kapal wisata memberi peluang kepada kapal yacht masuk ke perairan Indonesia. Ada 18 titik pelabuhan masuk yang bisa meningkatkan kunjungan yacht ke Indonesia.

"Diharapkan akan memberi kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, dan perairan pedalaman di wilayah Indonesia," kata Firmansyah.

Peraturan ini mengatur kemudahan proses permohonan dan pemberian bidang Clearance and Approval for Indonesia Territory"(CAIT), ke pelabuhan, ke pabeanan, ke imigrasian, dan karantina untuk kapal wisata asing beserta awaknya, bila masuk dan keluar melalui 18 titik pelabuhan.

Yakni, di pelabuhan Sabang, Aceh, pelabuhan Belawan, Sumatra Utara, [elabuhan Teluk Bayur, Sumatra Barat, Nongsa Point Marina, kepulauan Riau, Bandar Bintan Telani, Bintan, lepulauan Riau, pelabuhan Tanjung Pandan, Belitung, Bangka Belitung, elabuhan Sunda Kelapa dan Marina Ancol, Jakarta, pelabuhan Benoa, Badung, Bali, pelabuhan Tenau, NTT, pelabuhan Kumai, pelabuhan Tarakan, pelabuhan Nunukan, pelabuhan Bitung, pelabuhan Ambon, pelabuhan Saulaki, pelabuhan Tual, pelabuhan Sorong, dan pelabuhan Biak.

Dukungan yang diberikan kepada kapal-kapal asing itu, diantaranya, menyiapkan pembangunan marina atau terminal khusus, pembangunan dermaga, pemasangan sarana bantu navigasi pelayaran, kemudahan untuk fasilitas perawatan, atau perbaikan.
Firmansyah mengakui, hanya sedikit orang Indonesia yang memiliki yacht. "Baru sepuluh saja. Belum menjadi gaya hidup orang Indonesia," katanya.

Sementara, pemilik gedung Batavia Marina sebagai pelabuhan marina, Kriss Pramono mengatakan, pasar yacht cukup besar. "Perlu ada fasilitas marina untuk yacht.  Kapal butuh air atau water display, selain wisata heritage kota tua," katanya.

Marina yang dibangun memiliki fasilitas bagi pemilik kapal menyandarkan kapalnya sehingga merasa aman. Ada fasilitas residen yacht dan visiting yacht misalnya dari Darwin, Australia ke Jakarta, atau Singapura. "Biasanya sewanya per minggu sampai sebulan. Kami menyiapkan ruangan beristirahat, mandi dan pusat bisnis," kata Kris yang berharap kompetiter lain membangun marina serupa untuk memperbanyak kapal singgah.

"Dari satu kapal singgah saja bisa menggerakkan roda ekonomi. Sewa tambat, Rp 200 ribu meter per bulan, bisa sampai Rp 4 juta per bulan," katanya.

EVIETA FADJAR

Source : http://www.tempo.co/read/news/2013/06/16/108488667/Peningkatan-Wisata-Kapal-Yatch-Mulai-Digarap