Senin, 24 Juni 2013

Ini Dia 10 Alasan Multitasking Tak Baik Bagi Anda

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Zaman sekarang, siapa sih yang tak pernah melakukan multitasking? SMS-an sambil makan atau menyelesaikan pekerjaan sambil menonton serial kesayangan. Padahal mungkin multitasking yang Anda kira akan memberikan efisiensi itu justru tak memberi manfaat apapun.

Sebuah studi pun mengamini hal itu dengan mengatakan bahwa multitasking justru tidaklah seefisien seperti yang selama ini dipercaya banyak orang, bahkan dapat membahayakan kesehatan. Ini dia 10 alasan yang sekiranya dapat memotivasi Anda untuk berhenti melakukan multitasking dan fokus pada satu aktivitas seperti dikutip dari ABC News, Sabtu (22/6/2013).

1. Tak sepenuhnya fokus pada multitasking

"Apa yang Anda sebut multitasking itu adalah berganti-ganti beberapa aktivitas dalam satu waktu. Padahal untuk urusan perhatian dan produktivitas, otak kita sebenarnya memiliki kapasitas yang terbatas," tutur Guy Winch, PhD, penulis buku Emotional First Aid: Practical Strategies for Treating Failure, Rejection, Guilt and Other Everyday Psychological Injuries.

"Ini seperti diagram lingkaran dan apapun yang sedang kita kerjakan mengambil mayoritas diagram tersebut. Tak ada yang tersisa untuk hal-hal lainnya, kecuali perilaku otomatis seperti berjalan atau mengunyah permen karet," tambahnya.

Winch menambahkan beralih dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dan bolak-balik melakukan keduanya justru akan membuang-buang produktivitas seseorang. Hal ini karena perhatian akan tersita pada 'proses peralihan' sehingga Anda takkan pernah benar-benar fokus di 'zona' salah satu aktivitas.

2. Memperlambat kinerja

Berbeda dengan apa yang selama ini dipercaya banyak orang, multitasking justru tidak menghemat waktu. Faktanya, hal ini akan membuat Anda butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan dua pekerjaan sekaligus daripada mengerjakan satu-persatu secara terpisah.

Kondisi yang sama juga berlaku pada perilaku seperti berkendara. Dalam sebuah studi yang dilakukan University of Utah pada tahun 2008, orang-orang yang berkendara sambil ngobrol di telepon butuh waktu lebih lama untuk mencapai tujuan mereka dibandingkan orang yang tidak berkendara sambil bertelepon.

"Menghemat waktu itu jika Anda membayar tagihan-tagihan Anda sekali waktu atau mengirim beberapa email sekaligus. Setiap aktivitas membutuhkan pola pikir yang spesifik dan sekali Anda harus fokus maka Anda harus bertahan pada satu aktivitas itu sampai selesai," kata Winch.

3. Kerap melakukan kesalahan ketika multitasking

Para pakar memperkirakan bahwa multitasking dapat menyebabkan hilangnya produktivitas sebesar 40 persen. Aktivitas ini juga bisa mendorong orang yang melakukannya untuk melakukan error alias kesalahan, terutama jika aktivitas-aktivitas itu melibatkan banyak pemikiran kritis.

Sebuah studi yang dilakukan di Prancis pada tahun 2010 pun menemukan bahwa otak manusia sebenarnya dapat mengatasi dua pekerjaan rumit sekaligus tanpa masalah karena otak memiliki dua lobus yang dapat berbagi tanggung jawab dengan seimbang. Tapi jika ditambah dengan pekerjaan ketiga, maka hal ini akan membuat frontal cortex menjadi kewalahan dan meningkatkan kesalahan yang Anda buat.

4. Menyebabkan stres

Ketika tim peneliti University of California Irvine mengukur detak jantung sejumlah partisipan dalam keadaan mempunyai akses yang stabil pada email kantor atau tidak, mereka menemukan bahwa partisipan yang menerima aliran email yang tidak konstan memperlihatkan kewaspadaan tinggi dan detak jantung yang lebih cepat atau lebih stres. Namun bagi partisipan dengan akses email yang konstan jarang melakukan multitasking dan tak begitu stres karenanya.

Bahkan tak hanya aktivitas fisik dari multitasking yang menyebabkan stres, tapi juga konsekuensinya. "Jika Anda mendapatkan nilai ujian yang buruk karena Anda belaja sambil menonton pertandingan baseball di TV, hal itu dapat memicu stres tinggi, termasuk masalah kepercayaan diri dan depresi," timpal Winch.

5. Tak dapat melihat hal-hal lain di sekitarnya

Menurut sebuah studi yang dilakukan Western Washington University pada tahun 2009, orang-orang yang sibuk melakukan dua hal sekaligus tak dapat melihat hal-hal lain yang tepat berada di depannya.

Rincinya, studi ini menemukan 75 persen mahasiswa yang berjalan ke kampus sembari menelepon tidak mengetahui jika ada seorang badut yang bersepeda di dekatnya. Para pakar menyebutnya 'inattentional blindness' yang menunjukkan bahwa meski mahasiswa yang berbincang di telepon itu secara teknis memandang ke sekelilingnya, tapi tak satu pun dari hal-hal yang dilihatnya itu yang masuk ke otaknya.

6. Menurunkan daya ingat

Masuk akal ketika Anda mencoba melakukan dua hal sekaligus, seperti membaca buku dan menonton televisi, maka Anda akan kehilangan detail-detail penting dari salah satu atau keduanya. Bahkan menurut sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2011, mendadak meninggalkan suatu pekerjaan untuk memfokuskan diri pada pekerjaan lainnya sudah cukup mengganggu daya ingat jangka pendek seseorang.

Begitu pula ketika tim dari University of California San Francisco meminta partisipan untuk mempelajari sebuah gambar, lalu tiba-tiba menggantinya dengan sebuah gambar yang berbeda, maka partisipan-partisipan berusia 60-80 mengaku lebih kesulitan melepaskan diri dari gambar kedua dan mengingat detail-detail tentang gambar pertama dibandingkan partisipan berusia 20-30.

Peneliti pun mengatakan bahwa kondisi ini akan semakin memburuk seiring dengan bertambahnya usia.

7. Menyakiti hubungan

"Ini adalah area di mana saya kira multitasking memiliki efek yang lebih besar daripada yang disadari orang selama ini. Misalnya ketika pasangan tengah membicarakan hal serius dan tiba-tiba istrinya berkata, 'Oh, biarkan aku mengecek SMS ini'. Kemudian suaminya menjadi marah lalu memutuskan untuk ikut mengecek SMS-nya sendiri dan mendadak komunikasi menjadi terputus begitu saja," terang Winch.

Studi terbaru dari University of Essex menunjukkan bahwa hanya dengan menaruh ponsel di dekat dua orang atau lebih yang sedang membicarakan hal pribadi, meski tidak dipergunakan, dapat menyebabkan friksi dan masalah kepercayaan.

"Jadi pertahankan hubungan Anda dan beri pasangan perhatian eksklusif minimal selama 10 menit setiap hari. Saya jamin itu akan memberikan perbedaan yang luar biasa," saran Winch.

8. Mendorong makan berlebihan

Teralihkan perhatiannya saat makan dapat mencegah otak seseorang untuk memproses apa yang telah dimakannya secara utuh. Hal ini dikemukakan dari review terhadap 24 studi. Karena itu Anda takkan merasa kenyang dan bisa jadi malah semakin tergoda untuk makan dan makan lagi dengan jeda yang pendek.

Bahkan kondisi serupa juga direkomendasikan untuk orang-orang yang sering makan sendiri. Mereka diminta mematikan televisi ketika makan dan benar-benar memusatkan perhatiannya pada makanan. Lalu bagaimana dengan makan siang pekerja kantoran? Tinggalkan komputer Anda sejenak agar bisa fokus pada makanan Anda dan jangan terburu-buru.

9. Mengurangi kreativitas

Multitasking membutuhkan apa yang disebut dengan 'working memory' atau 'penyimpanan otak sementara'. Padahal menurut tim peneliti dari University of Illinois, Chicago, ketika keseluruhan 'working memory' ini sudah terpakai, maka hal itu juga akan menghilangkan kemampuan seseorang untuk berpikir kreatif.

Dengan kata lain, studi yang dilakukan pada tahun 2010 tersebut mengemukakan bahwa dengan begitu banyak hal yang tengah terjadi di dalam kepalanya, maka para pelaku multitasking kerapkali kesulitan untuk melamun dan memunculkan ide-ide kreatif di tengah aktivitas.

10. Mencelakakan pelaku multitasking

SMS-an atau menelpon, meski dengan perangkat hands-free, sama berbahayanya dengan mengendarai mobil sembari mabuk. Tapi tetap saja banyak orangtua yang melakukannya, kendati mereka tengah bepergian dengan anak-anaknya.

Tapi bahayanya tak hanya itu saja. Sebuah studi menunjukkan bahwa orang-orang yang menggunakan perangkat mobile mereka sembari berjalan seringkali tak memperhatikan langkahnya sebelum menyeberang. Studi lain juga mengatakan 1 dari 5 remaja yang masuk UGD akibat ditabrak mobil mengaku tengah menggunakan ponsel pintar mereka saat insiden terjadi.

(vit/vit)

Source : http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2da2d354/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C220C1456410C22811170C7630Cini0Edia0E10A0Ealasan0Emultitasking0Etak0Ebaik0Ebagi0Eanda/story01.htm