Selasa, 18 Juni 2013

Imunisasi, Fakta dan Mitos

TEMPO.CO, Jakarta--Usia Kuina Magenta Suryadi kini memasuki dua bulan. Bayi perempuan dari pasangan Iwa Kusuma Suryadi dan Eka Utami Aprilia itu telah mendapatkan vaksinasi Hepatitis B sejak berumur satu hari. Sebelum Kuina lahir, Eka sempat bingung dengan pemberian imunisasi. Sebab beberapa orang terdekatnya memberikan saran agar tidak memvaksinasi anak. "Menurut mereka, imunisasi bisa menurunkan kekebalan tubuh anak," kata Eka beberapa waktu lalu.

Kebimbangan Eka berakhir setelah suaminya mendorong untuk memvaksinasi Kuina. Bila tidak diimunisasi, menurut Iwa, ada kemungkinan dokter akan bingung menangani Kuina ketika sakit. Akhirnya Kuina pun divaksinasi. Tapi hanya imunisasi yang dianjurkan pemerintah saja, seperti BCG dan polio. "Kalau kebanyakan vaksin takut juga," kata Eka. "Seperti orang dewasa, terlalu sering minum obat kimia nanti pertahanan tubuh malah menurun."

Selama ini, pro-kontra soal imunisasi memang cukup gencar tersiar. Dokter spesialis anak Rumah Sakit Awal Bros, Makassar, Fith Dahlan, mengatakan, setidaknya ada tiga kontroversi soal vaksinasi. Pertama, vaksin tidak penting; kedua, vaksin tidak 100 persen aman; serta anak terlalu banyak menerima vaksin. "Dan semua itu hanya mitos," kata Fith Dahlan dalam Seminar Smart Parents di Rumah Sakit Awal Bros, Sabtu pekan lalu. "Vaksin dapat menurunkan kekebalan tubuh, itu juga mitos."

Pada kenyataannya, Fith melanjutkan, vaksin dapat memusnahkan atau mengeradikasi suatu penyakit. Misalnya polio. Selain itu, teknologi imunisasi sudah semakin canggih. Sehingga reaksi pada anak menjadi lebih ringan. Dan mengutip peneliti imunologi dari University of California, Amerika Serikat, bayi dan anak-anak dapat merespon, dengan aman, 100 ribu vaksin dalam sekali waktu. "Padahal rata-rata, anak hanya mendapatkan 14 jenis vaksin dalam waktu dua tahun," ujar Fith.

Setiap anak perlu mendapatkan imunisasi karena banyak kuman berbahaya di sekitarnya. Sementara kekebalan tubuh bayi atau anak belumlah sempurna, tak seperti orang dewasa. Imunisasi, Fith melanjutkan, juga berfungsi sebagai pelindung anak kala melawan penyakit infeksi serius di masa depan.

Untuk jenis imunisasi, ada lima vaksin yang diwajibkan pemerintah: BCG, Hepatitis B, Polio, DTP, dan campak. Hepatitis B diberikan dalam jangka waktu 12 jam setelah kelahiran bayi. Sementara empat imunisasi lainnya disuntikan tiap dua bulan sekali, dengan petunjuk dokter, hingga anak berusia 18 bulan. Selain kelima vaksin itu, ada imunisasi tambahan: PCV atau Pneumokokus dan Rotavirus.

Menurut Fith, dua vaksin terakhir itu tidak diwajibkan pemerintah. Karena harganya sangat mahal. Antara Rp 350 ribu-Rp 950 ribu, sekali suntik. "Sedangkan diperlukan tiga kali suntikan sebelum usia setahun."

Guna memudahkan pemberian imunisasi, kini tersedia vaksin kombinasi. Yakni jenis vaksin yang disuntikkan dalam waktu bersamaan, guna mencegah datangnya sejumlah penyakit. Contohnya vaksin DPT+Hib, kombinasi antara vaksin pencegahan penyakit difteri, pertusis, tetanus, dan Hib atau Haemophilus Influenza type B. "Vaksin kombinasi bisa mengurangi stres dan rasa sakit pada bayi pasca-vaksinasi."

CORNILA DESYANA

Terhangat:
EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah

Baca juga:
Ini Penyebab Orang Ekstrovert Suka Berpesta
Kontrasepsi Jangka Panjang Kurang Diminati Perempuan
Orang Cenderung Tak Cuci Tangan Usai dari Toilet
Jempol Kaki Tiba-tiba Bengkok? Ini Sebabnya

Source : http://www.tempo.co/read/news/2013/06/18/060489077/Imunisasi-Fakta-dan-Mitos