Selasa, 21 Mei 2013

Sunat, Cara Gampang Hindari Infeksi Saluran Kemih

TEMPO.CO, Jakarta -Libur panjang sekolah sebentar lagi datang. Bagi orangtua yang punya anak laki-laki, inilah saatnya menyunatkan 'sang jagoan.' Tak aneh, saat liburan, operator sunat bisa menangani puluhan hingga ratusan pasien khitan dalam sehari.

Tak hanya wajib hukumnya bagi umat Islam, sunat atau khitan bermanfaat juga bagi kesehatan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa khitan menurunkan risiko infeksi saluran kemih, kanker penis, serta menekan risiko pria terjangkit virus perontok kekebalan tubuh (HIV, human immunodeficiency virus). 

"Infeksi saluran kemih bisa terjadi akibat fimosis," kata dokter Santoso, operator sunat Rumah Sunatan Depok, Jawa Barat, seperti ditulis Majalah Tempo terbaru, yang terbit Senin kemarin. Tulisan bertajuk Membebaskan 'Pintu Air' menguak tentang bahaya fimosis. 

Fimosis berasal dari kata Yunani "phimos," yang berarti moncong. Ini adalah  kondisi terjadinya penyempitan atau perlengketan kulup dengan penis. Akibatnya, kepala penis tidak bisa keluar tidak bisa nongol semua. Kondisi ini membuat kotoran hasil pengeluaran kelenjar kulup menumpuk di sekitar kepala penis. Jika terus dibiarkan, kuman atau bakteri yang ngendon di kotoran akan merambat ke saluran kencing. Buntutnya, terjadilah infeksi saluran kencing yang kerap ditandai dengan rasa nyeri saat pipis dan demam.    

Agar kotoran tak memicu infeksi di saluran kemih, maka sunat menjadi penting. Sunat atau khitan alias sirkumsisi adalah tindakan memotong untuk menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup penis (kulup). Sirkumsisi berasal dari bahasa Latin, “circum” yang berati memutar dan “caedere” yang berarti memotong.

Gara-gara fimosis, Santoso pernah menemukan kasus anak yang mengalami kencing berdarah dan hernia. Fimosis biasa dialami anak hingga 3 tahun. Bila setelah usia ini kepala penis tak keluar juga, orang tua perlu waspada. Kasus fimosis memang cenderung meningkat. Penyebabnya, masih misterius. 

"Kini, fimosis saya temukan 6 dari 10 anak yang dikhitan," kata Santoso. Operator Pusat Khitan Paramadina, Jakarta, dokter Lukman Nurdin, juga kerap menangani kasus serupa.  Angkanya, 2 dari 10 anak yang khitan mengalami fimosis.

DWI WIYANA

http://www.tempo.co/read/news/2013/05/21/060481943/Sunat-Cara-Gampang-Hindari-Infeksi-Saluran-Kemih